SMK MUHAMMADIYAH KOTAMOBAGU |
BAB I
LANDASAN TEORITIS
I.
Konsep Dasar Medis
1.1. Defenisi
Gastritis adalah proses inflamasi
pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara hidropaotologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi
berdasarkan beberapa macam berdasarkan pada :
1)
Manifestasi
klinis
2)
Gambaran
kistologi yang khas
3)
Distribusi
anatomi, dan
4)
Kemungkinan
fatogenesis pada manifestasi klinis.
Gastritis dapat juga dibagi menjadi
akut dan kronik, harus diingat bahwa walaupun dilakukan pembagian menjadi akut
dan kronik, tetapi keduanya tidak sering berhubungan. Gastritis kronik bukan
merupakan kelanjutan gastritis akut.
mukosa gaster
↓
楲敢
Erosi pada mukosa lambung
↓
Perdarahan
1.4
Manifestasi Klinis
Sindrom dyspepsia berupa nyeri
epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematonesis dan melena.
Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya jika
dilakukan anamnese lebih dalam terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau
bahan kimia tertentu.
1.5
Penatalaksanaan medis
-
Menghindari
alcohol dan makanan yang merangsang sampai gejala berkurang
-
Diet
mengandung gizi bila pasien mampu makan melalui mulut
-
Berikan
cairan intra vena
-
Bila akibat
asam → menetralisir dengan antasida (aluminium hodroksida)
-
Bila akibat
alkali → menetralisis alkali dengan jus lemon encer dan cuka encer
-
Bila korosi
luas atau berat → hindari emetic dan lavage →bahaya perforasi
-
Modifikasi
diet, istirahat, reduksi stress, dan farmakologi.
1.6
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan
Analisa Gaster
b.
Pemeriksaan
Angiogarfi
c.
Pemeriksaan
Amilase Serum
d.
EGD
(Esofagogastriduodenoskopy)
e.
Minum Barium
dengan Foto Rontgen
II. Konsep
Dasar Keperawatan
2.1 Pengkajian
2.1.1
Aktifitas/istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan
Tanda :
Takikardia, takipnea, hiperventilasi (respon terhadap aktifitas)
2.1.2 Sirkulasi
Gejala :Hipotensi (termasuk
postural).Takikardia,
distripnea
(hipovolemia/hipoksemia) Kelemahan atau nadi perifer Pengisian kapiler lemah
atau berlahan (vasokonstriksi) Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada
jumlah kehilangan darah) Kelemahan kulit atau membran mukosa
2.1.3 Integritas
Ego
Gejala : Faktor stress akut
atau kronis (keungan atau hubungan kerja)
perasaan tak berdaya
Tanda : Ansietas, misalnya :
gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
2.1.4
Eliminasi
Gejala : Riwayat perawatan
dirumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan Gi.
Tanda : Nyeri tekan abdomen,
istensi bunyi usus sering hiperaktif selam perdarahan, Karakteristik feses,
diare darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang warna cerah
berbusa, bau busuk
(steatorea). Konstifasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida). Haluaran urine : menurun, pekat.
2.1.5
Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia, mual,
muntah, (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik, bagian luar yang
berhubungan dengan luka duodenal). Cegukan nyeri ulu hati, sendawa, bau
asam/muntah
Tanda : Muntah, warna kopi
gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering,
penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
2.1.6
Neurosensi
Gejala : Rasa berdenyut,
pusing atau sakit kepala karna sinar, kelemahan. Tingkat kesadaran dapat
terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, samapi
pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi atau oksigenasi).
2.1.7
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri, digambarkan
sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dpat disertai
perforasi. Rasa ketidaknyamanan atau distress samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri samapai tengah
atau menyebar kepunggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang hilang dengan
antasida (ulusgaster). Nyeri epigastrum kiri sampai menyebar kepunggung terjadi
± 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau
antasida (ulkus duodenal) tak ada nyeri (varisis esophageal ata gastritis).
Tanda : Wajah berkerut,
berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
2.1.8
Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat
atau sensitive, misalnya : ASA
Tanda : Peningkatan suhu,
spisider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis atau hipertensi portal)
2.1.9
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Adanya penggunaan
obat resep atau dijual bebas yang mengandung ASA, alcohol, steroid. NSAID
menyebabkan perdarahan GI. Animea, trauma kepala, flu usus, episode muntah
berat.
2.2
Diagnosa Keperawatan
DX I :
Kekurangan volume cairan b/d perdarahan, mual, muntah dan anoreksia d/d pucat,
berkeringat, gelisah, perubahan mental.
K/H :
Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine
adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab
dan turgor mukosa baik.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
-
Catat karakteristik muntah/diare
-
Awasi tanda vital
-
Awasi masukan dan haluaran di hubungkan dengan
perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/cairan melaui muntah,
penghisapan gaster/lavase dan difekasi.
-
Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan
tegangan pada defekasi. Jadwlkan aktifitas untuk memberikan periode istirahat
tanpa gangguan.
-
Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian
antasida.
Kolaborasi :
-
Berikan cairan/darah sesuai indikasi
-
Berikan obat sesuai indikasi, ranitidine (zantac),
diatidine (acid).
|
-
Membantu dalam membedakan penyebab distress gaster.
Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pilorus terbuka, kandunga
pekal menunjukkan obstuksi usus, darah merah cerah manandakan adanya atau
perdarahan arterial akut.
-
Perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan
perkiraan kasar kehilangan dara, misalnya : TD < > 110 diduga 25%
penurunan volume atau ± 1000 ml.
-
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
-
Aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intra
abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
-
Mencegah reflex gaster pada aspirasi antasida diman
dapat menyebabkan komplikasi paru serius.
-
Penggantian cairan tergantung pada derajat
hivopolemia dan hanya perdarahan (akut atau kronis).
-
Penghambatan histamine H2 menurunkan histamine
produksi gaster. Antasida (misalnya : ampojd, Maalox, Mylanta, piopan).
-
Dapat digunakan untuk mempertahankan pH gaster pada
tingkat 4,5 atau lebih tinggi untuk menurunkan resiko perdarahan ulang.
Antemetik (misalnya : metoklopramid/regtan. Proglorperazine/campacine.
-
Menghilangkan mual dan mencegah muntah.
|
DX II : Resiko
tinggi kekurangan perpusi jaringan b/d hivopolimea d/d sakit kepala, pucat,
berkeringat TD rendah.
K/H : Mempertahankan
perkusi jarngan dengan bukti tanda vital stabil, nadi periver teraba.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
-
Catat haluaran dan jenis berat urine
-
Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba,
nyeri hebat atau nyeri menyebar ke bahu.
-
Observasi kulit untuk pucat, kemerahan, pijat dengan
minyak, ubah posisi dengan sering.
Kolaborasi :
-
Berikan oksigen tambah sesuai indikasi.
-
Berikan cairan IV sesuai indikasi.
|
-
Penurunan perfusi sistemik dapat menyebabkan
iskemia/gagal ginjal, dimenifestasikan dengan penurunan keluaran urine.
-
Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah
perdarahan akut karena efek buffer darah, nyeri berat berlanjut atau
tiba-tiba dapat menunjukkan iskemia sehubungan dengan terapi
vasokinstriksi.
-
Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan resiko
kerusakan kulit.
-
Mengobati hifoksemia dan asidosis laktat selam
perdarahan akut.
-
Mempertahankan
volume sirkulasi dan perfusi.
|
DX III
: Ansietas/ketakutan b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian d/d pasien
gelisah.
K/H
: Menunjukan rilek dan laporan terhadap ansietas menurun sampai tinggkat
yang dapat di tanggani.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
-
Awasi respons fisologis misal : Takipnea, palpitasi,
pusing, sakit kpala, ensasi kesehatan.
-
Dorongan pernyataan takut dan ansietas, berikan
ompan balik
-
Berikan informasi akurat
-
Berikan lingkungan tenang untuk istirahat
-
Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien
-
Tunjukkan tehnik relaksasi
|
-
Dapat menjadi indikatif drajad takut yang di alami
pasien tetapi dapat juga berhubungandengan kondisi pisik/ status sok.
-
Membuat hubungan trapeutik
-
Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan
menurunkan dan ansietas yang tidak perlu tentang ketidaktahuan.
-
Memeindahkan pasien dari steresor luar meningkatkan
relaksi, dapat meningkatkan keterampilan koping.
-
Membantu menurunkan takut melalui pengalaman
menakutkan menjadi sorang diri
- Belajar
cara untuk rilek dapat membantu menurunkan takut dan ansietas
|
DX IV : Nyeri (
Akut / kronis ) b/d luka bakar kimia pada mukosa lambung, rongga oral d/d
pasien meringis.
K/H : Menyatakan nyeri hilang menunjukan postur tubuh rilek dan mampu tidur atau
istirahat dengan tepat.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
-
Catat keluhan nyeri ternasuk lokasi, lamanya,
intensitas (0-10)
-
Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
-
Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi
untuk pasien.
-
Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif
-
Berikan perawatan oral sering dan tindakan
kenyamanan, misalnya : pijatan punggung, perubahan posisi
Kolaborasi :
-
Berikan obat sesuai indikasi, misalnya : antasida
-
Antikolinergic (misalnya : baladonna, atropia)
|
-
Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus
dibandingkan dengan gelisah nyeri pasien sebelumnya diman dapat membantu
mendiagnosa, etiologi perdarahan dan terjadinya konflikasi
-
Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi
-
Makan mempunyai efek penetralisir asam, juga
menghancurkan kandungan gaster, makan sedikit mencegah distensi dan haluan
gastria
-
Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan
nyeri/ketidaknyamanan
-
Nafas bau karena tertahannya secret mulut
menimbulkan tidak nafsu makan dan dapat menimbulkan mual
-
Menurunkan keasaman gaster dengan absorbs atau
dengan menetralisir kimia
-
Diberikan pada waktu tidur untuk menurunkan
notilitas gaster, menekan produksi asam, memperlambat kekosongan gaster dan
menghilangkan nyeri rokturnal.
|
SMK MUHAMMADIYAH KOTAMOBAGU |
SMK MUHAMMADIYAH KOTAMOBAGU |
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. Identitas Diri Pasien
Nama Tn . Z, umur 53 thn, laki-
laki, sudah menikah, agama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
PNS, alamat Jl.Karya Bakti Sidomulyo Medan, sumber informasi pasien dan
keluarga (istri) pendidikan terakhir SMEA pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
II. Status Kesehatan Saat Ini
Pasien mengatakan nyeri pada ulu
hati, pasien tampak gelisah & memegang perutnya. Hal ini disebabkan karena
makan-makanan yang pedas/merangsang, nyeri muncul setiap 5 menit sekali, untuk
mengurangi nyeri yang muncul pasien istirahat/duduk. Karena keluhan bertambah
keluarga membawa pasien ke RSU.Martha Friska Medan .
III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien tidak apakah pada masa
kanak-kanaknya pernah mengalami penyakit, pada waktu ± 20 tahun yang lalu
pasien pernah kecelakaan dan dirawat dirumah sakit, selama hidupnya pasien
tidak pernah dioperasi. Pasien juga tidak ingat apakah pernah alergi dan
imunisasi.
Kebiasaan pasien ialah minum teh
manis, nama obat yang diberikan dokter sudah tidak ingat dan lama konsumsi
obatnya pasien juga tidak ingat. Pasien makan biasa 3x sehari, berat badan
pasien 70 kg dan tinggi badan 163 cm, makanan yang disukai pasien adalah
makanan yang pedas, nafsu makan pasien baik sehingga setiap 6 bulan berat badan
pasien bertambah 1 kg. Setiap BAB dalam 1 hari 1 x pada waktu pagi dengan
warna kuning, konsistensi setangah padat. Sedangkan BAK dalam 1 hari 4 x dengan
warna kuning bau amoniak.
Pasien istirahat tidur malam pada
jam 22.00 - 04.00 Wib, sore 15.30 - 16.30 Wib, jadi lama tidur 1 hari
adalah 8 jam, pasien kesulitan dalam hal tidur.tidak ada aktivitas dalam
kesehariannya, pekerjaan pasien sebagai PNS lama bekerja 30 tahun jumlah jam
kerja 8 jam, jadwal kerja mulai dari 07.30 - 15.00 Wib.
IV.Riwayat Keluarga
Genogram:
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Satu rumah
V.Riwayat Lingkungan
Lingkungan rumah kurang bersih,
bahaya polusi tidak ada karena rumah pasien jauh dari jalan raya dan pabrik.
VI.Aspek Fsikologi
Pasien tidak menggunakan kaca mata
dan alat bantu pendengaran serta tidak ada kesulitan yang dialami seperti
pusing, menurunnya sensitifitas terhadap sakit dan terhadap dingin/panas, dan
membaca/menulis.
VII.Aspek Sosial
Pasien berbicara jelas, relevan,
mampu mengekspresikan dan mengerti orang lain, bahasa utama pasien adalah
Indonesia, bahasa daerah yang dipakai adalah Jawa, pasien tinggal dengan istri
dan anak – anaknya, adat yang dianut dalam keluarga pasien adalah Jawa, pembuat
keputusan adalah pasien sendiri, pola komunikasi keluarga juga baik,
ekonomi pasien memadai, kesulitan dalam keluarga tidak ada. Pemahaman pasien
terhadap fungsi seksual baik terlihat karena sudah memiliki 3 orang anak,
VIII.Aspek Spiritual
Sumber kekuatan yaitu Tuhan yang
maha esa, dan itu penting kaya pasien, kepercayaan yang di lakukan shalat
frekuensinya tidak menentu, kegiatan agama yang dilakukan dirumah sakit tadak
ada. Pada usia 53 tahun pasien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan
keluarga.
IX.Pengkajian Fisik
Kepala : Bentuk
bulat, rambut beruban, lurus.
Mata : Ukuran
pupil 2 mm, isokor kiri dan kanan, reaksi terhadap cahaya bagus terlihat kalau
cahaya didekat kan mata, menjauh kalau jauh. Akomodasi baik, bantuk simetris
kiri dan kanan, konjuntiva tidak anemis, fungsi pengelihatan baik, tanda-tanda
radang tidak ada, operasi tidak ada kacamata tidak ada, lensa kontak tidak ada.
Hidung : Reaksi
alergi tidak ada, cara mengatasinya tidak ada, pernah mengalami flu pernah,
bagaimana frekensinya dalam setahun tidak ada, sinus tidak ada, perdarahan
tidak ada.Tenggorokan : Gigi geligi lengkap, kesulitan/ gangguan bicara tidak ada, kesulitan menelan tidak ada
Pernafasan : Bentuk simetris, pergerakan simetris, pola nafas normal (16-20), nyeri tekan tidak ada, batuk tidak ada, spatum tidak ada, fremitus normal, nyeri tidak ada, suara
paru bronchial I/E 1:2
Sirkulasi :Capillary refilling time 2 detik, distensi vena jugularis tidak ada
pembesaran, suara jantung lub-dup, suara jantung tambahan tidak ada, nyeri dada
tidak ada, edema tidak ada, palpitasi tidak ada, baal tidak ada, perubahan
warna (kulit , kuku, bibir ) tidak ada, clubbing pinger tidak ada, rasa
pusing tidak ada.
Abdomen : Bentuk simetris. Hepar tidak ada,
masa/ cairan tidak ada, lien tidak ada.
Nutrisi
: Jenis diet
MII, nafsu makan berkurang pasien hanya menghabiskan ½ porsi yang di sediakan,
intek cairan 2000 cc output cairan 2500 cc.
Eliminasi
: BAB : pola rutin 1x / hari,
penggunaan laxan tidak ada, colostomy tidak ada, illestomy tidak ada,
konstipasi tidak ada, diare tidak ada,.
BAK: pola
rutin 3x sehari, incontinensi tidak ada, infeksi tidak ada, hematuri tidak ada,
chateter tidak ada, urin output 1000cc.
Produksi
: Pola rutin, perdarahan, payudara,
pemeriksaan papsmear terakhir, hasil. Keputihan, prostat, Tidak di kaji.
Neurologis : Tingkat kesadaran CM (composmentis ), orentasi
baik pasien dapat mengenal orang, pola tingkah laku baik, riwayat epilefsy /
kejang/ perkinson tidak ada, reflex baik.
Muskuloskletal :
Pergerakan ekstremitas kurang karna terpasang infus pada bagian tangan kiri
pasien, kekuatan otot kurang, nyeri tidak ada, kekuatan tidak ada, pola latihan
gerak aktif dan pasif, pergerakan tubuh ada, mandi ada, mengenakan pakaian ada,
bersolek ada, berhajat ada, sesak nafas stelah aktipitas tidak ada, mudah
merasa kelelahan ada.
Kulit
: Warna sawo mateng, integritas baik, turgor baik.
X. Data Laboratorium Rutin
Darah
|
Urin
|
Tinja
|
Hb = 11,5 gr %
Leukosit = 8,1 / mm3
LED = 35 mm / jam
Ht = 40 %
|
Warana = kuning
Reduksi = Negatif
Protein = negative
Bilerubin = negatif
|
Warna = kuning
Konsistensi= setengah padat
Eritrosit= 1-2 // pb
Leukosit = 0-1 // pb
|
XI. Hasil Pemeriksaan Diaknostik
·
KGD
: 138 mg /dl (
Normal 140 )
·
EKG
: Normal sinus rhy
+ hm
Normal EKG
·
ELEKTROLIT :
Natrium : 139
Kalium
: 3,5
Clorida
: 104
XII.Pengobatan
* Infuse Rl
20 tts/i* Lansoprazol 2x3mg
* Grohabion 50001x1
* Diet M2
* M II
* Infus Kaen 3A/3B 2Otts/i
* Ranitidin 1 amp/inc
* Ulsidex 3x1
* Metolon 3x1
* Alprazole 1x0,5g
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
INTERPRETASI
DATA
|
MASALAH
|
1
2
3
|
DS. Pasien mengatakan
nyeri pada uluhati .
DO.pasien tampak memegangi
perutnya
TD :
120/80
RR :
20X/M
TEMP: 36.5ºC
POLS : 80X/M
DS. Pasien mengatakan badan
lemas dan tidak selera makan dan mual
DO. Pasien terlihat pucat
,tidak menghabiskan porsi yang disajikan
DS. Pasien mengatakan tidak
tahu tentang penyakit yang dialaminya
DO. Pasien sering
bertanya-tanya
|
Gastritis
Mukosa
lambung teriritasi
nyeri
Gastritis
Mual dan anoreksia
Tidak adekuatnya kebutuhan nutrisi
Kurang informasi tantang penyakit
yang dialaminya
|
Gangguan Rasa nyaman
Gangguan pola nutrisi
Kurang pengetahuan
|
Diagnosa keperawatan berdasarkan
prioritas masalah
1. Nyeri b/d mukosa
lambung teriritasi d/d nyeri
2. Pola nutrisi
b/d tidak adekuatnya kebutuhan nutrisi d/d lemas ,anoreksia , mual.
3. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit d/d
bertanya-tanya
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama
: Tn.
Z
Diagnosa
Medis : Gatritis
Ruang
: IV
B
No.Register
: ………
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
I
II
III
|
Nyari b/d mukosa lambung,
teriritasi d/d memegang perut dan meringis
Pola nutrisi b/d tak ada kuatnya
kebutuhan nutrisi d/d lemas, anoreksia, mual.
Kurang pengetahuan b/d kurang
informasi penyakit d/d bertanya tanya.
|
Menghilangkan dan menurunkan nyeri
Meningkatkan masukan nutrisi
adekuat
Pasien mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya
|
- Kaji skala
nyeri (0-10). Lokasi atau tempat nyeri dan lamanya nyeri.
- Berikan
posisi yang nyaman
- Kaji ulang
factor yang meningkatkan dan menghilangkan nyeri
- Kolanborasi
dalam pemberian obat.
- Beri diet
TKTP
- Beritahu
makan sedikit tapi sering
- Beri
dukungan fisik dan emosional
- Kolaborasi
dalam pemberian obat
- Beri
penjelasan dan proses perjalanan penyakit
- Beri
penkes diet sehat
|
-
Untuk mengetahui tingkat nyeri, lokasi dan lamanya
-
Agar rasa nyeri berkurang
-
Untuk mengetahui penyebab dan cara menurunkan nyeri
-
Agar nyeri berkurang dan hilang
-
Untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein
-
Agar perut tidak kosong
-
Agar pasien terpacu nafsu makannya
-
Agar pasien mengerti dan bias mengatasi
agarpenyakitnya cepat sembuh dan tidak kambuh lagi
-
Agar pasien mengubah pola makan yang tidak sehat
menjadi pola makan yang sehat
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama
Pasien
: Tn. Z
Ruang
: ---
Tanggal
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Implementasi
|
Evaluasi
(SOAP)
|
17 Februari 2010
|
DX : I
DX II
DX III
|
- Mengkaji
skala nyeri tempat nyeri dan lamanya
- Memberikan
posisi yang nyaman, posisi semifowler
- Mengkaji
ulang factor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri
- Memberikan
injeksi Ranitidine IV 1 ampul
- Memberikan
obat oral Ulsidex 3 x 1
- Memberikan obat oral Lantoprazole 2 x 3
- Memberikan
diet TKTP
- Memberikan
pasien makan sedikit tapi sering
- Memberikan
dukungan fisik
- Memberikan
infuse KA EN 3A/3B 20 tts/I, 1 pus. setelah habis diganti dengan infuse RL 20
tts/I.
- Memberikan
obat oral Gronagion 500 gram 1 x 1
- Memberikan
penjelasan tentang penyakitnya
- Memberikan
penkes diet sehat
|
S : Pasien mengatakn nyeri masih
ada
O : Skala nyeri sedang (4-7)
A : Masalah sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi
S :Pasien mengatakan tidak bisa
makan dan mual, lemas
O : Porsi yang di sajikan tidak
habis
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S : pasien mengatakn tidak tahu
tentang penyakit yang di alaminya
O : sering bertanya-tanya
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
|
DAFTAR PUSTAKA
1. Arjatmo,
Tjokro Negoro, Ph. D, Sp, dkk, (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
Edisi III, FKUI, Jakarta.
2. Arif
Mansjoer, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III,
Aesculapius, FKUI, Jakarta.
3. Brunner
& Suddarth, (1997), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
4.
http:///dez’s-block.com
5.
http://Media-Perawat.com
SMK MUHAMMADIYAH KOTAMOBAGU |
0 comments:
Post a Comment